Rabu, 22 Januari 2014

Ratu Kidul


Nyi Roro Kidul masuk Islam


Mas Habib Chirzin, mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah, pernah punya pengalaman menarik. Sewaktu berada di Mekkah, ia bertemu dengan Raja Ternate. Dan raja itu membawa berita amat menarik. Katanya, di Mekkah ia bertemu dengan Nyi Roro Kidul yang sedang melaksanakan ibadah haji. Gelar haji Nyi Roro Kidul adalah Hajjah Syarifah.

Berita Nyi Roro Kidul yang sudah hajjah ini ternyata sudah lama tersebar di antara orang-orang Jawa yang punya “linuwih”. Dan apa yang diceritakan Raja Ternate kepada Habib Chirzin ini ternyata dibenarkan orang-orang linuwih itu. “Benar, Mas. Saya juga sudah diberitahu bahwa Kanjeng Ratu sudah naik haji dan bernama Hajjah Syarifah,” kata Mbak Ajeng, seorang wanita yang mengaku sering berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul.

Dampak berita Nyi Roro Kidul masuk Islam ini luar biasa di kalangan orang-orang Jawa yang masih mempercayai legenda sang nyai. Di lereng Gunung Lawu –gunung yang dikenal sebagai tempat para dukun sakti– dukun-dukun wanita kalau mau menghadap Nyi Roro Kidul akan memakai pakaian muslim lengkap dengan jilbabnya. Mereka merasa malu kalau pakai kemben atau kebaya yang dianggapnya belum mencerminkan busana muslim.

Dampak lanjutannya: karena orang-orang linuwih menyatakan bahwa Nyi Roro Kidul masuk Islam, maka orang-orang Jawa yang tinggal di sekitar Gunung Lawu mulai belajar Islam. Pada waktu saya berkunjung ke sebuah desa di lereng Gunung Lawu, memang terlihat orang-orang tua di sana sudah banyak yang memakai jilbab.

Lepas dari benar-tidaknya “berita” itu, cerita masuk Islamnya Nyi Roro Kidul seakan membenarkan tesis Ricklefs bahwa sejarah Islamisasi di Jawa sangat kompleks. Sejak Islam datang ke Jawa 600 tahun lalu, banyak sekali kejutan dalam proses Islamisasi di Jawa dan kondisi itu terus berjalan secara tidak linier. Memang sulit membayangkan bagaimana proses Islamisasi muncul dengan kisah mistis macam itu. Tapi, faktanya, hal itu terjadi dan dampaknya sangat fenomenal dalam kehidupan orang Jawa.

Berita masuk Islamnya Nyi Roro Kidul dan dampaknya terhadap proses Islamisasi yang mengejutkan mungkin –dalam fase tertentu– mirip dengan jadi santrinya Pak Harto. Peneliti Islam Jawa dari Barat niscaya tidak bisa membayangkan, bagaimana priayi abangan (Geertz) semacam Pak Harto yang juga abangan military general (Samson) tiba-tiba membangun masjid megah At-Tien di Taman Mini dan membangun 999 masjid di seluruh Indonesia melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila-nya.

Di sisi lain, cerita masuk Islamnya Nyi Roro Kidul yang sangat tidak rasional itu menunjukkan, tesis Wright Mills bahwa kekuatan modernisasi dan sekularisasi akan menyapu mistisisme dan sakralisme dari kehidupan manusia pasca-Renaisans ternyata tidak terbukti. Pippa Noris dan Ronald Inglehart dalam bukunya, Sacred and Secular –Religion and Politics Worldwide, mengulas bagaimana para pemikir besar seperti Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, dan Sigmund Freud yang memprediksi bahwa agama akan hilang setelah munculnya masyarakat industri sekarang harus melihat kenyataan sebaliknya. Agama ternyata makin hidup dan merobohkan teori-teori dasar sekularisasi yang meramalkan habisnya sakralisasi di dunia modern.

Di sebuah desa di Lampung, misalnya, Majelis Ulama Indonesia pernah bercerita bagaimana “jin-jin” berperan besar dalam mengkristenkan masyarakat desa di sana –sebagaimana Nyi Roro Kidul mengislamkan orang-orang abangan di lereng Gunung Lawu. Di Eropa, Amerika, Jepang, bahkan di Cina, antusiasme masyarakat dalam mengikuti agama makin kuat. Pada saat ini, di abad ke-21, meminjam istilah Nancy Rosenblum, kewajiban berkewarganegaraan makin bergesekan dengan kewajiban keberimanan. Di Jepang, peluncuran mobil model terbaru Mazda, misalnya, pernah dilakukan di kuil dengan persembahan model agama Shinto kuno.

Melihat kondisi ini, Berger mau bersikap jujur. Ia sempat mengungkapkan, tidak ada salahnya jika para sosiolog mengakui bahwa teorinya salah. “Toh, kita ini sosiolog yang kesalahannya akan lebih mudah dimaafkan dibandingkan dengan kesalahan para teolog,”tulis Berger (Sekularisasi Ditinjau Kembali, Pustaka Alvabet, 2009).

Dari gambaran tersebut, cerita aneh Nyi Roro Kidul masuk Islam di atas bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Cerita itu muncul berbarengan dengan tumbuhnya transisi pemikiran yang mulai menyangkal teori-teori sosiologi yang selama ini dianggap modern. Fenomena ini ternyata tak hanya muncul di Jawa, melainkan juga di seluruh dunia. Agama kembali bangkit dan membuktikan eksistensinya di tengah gempuran teori sosiologi modern yang menihilkannya.

http://mualaf-alhamdulillah.blogspot.com/2012/04/nyi-roro-kidul-masuk-islam.html





PUTERI GUNUNG LEDANG DAN RATU KIDUL

RASANYA elok jika dua tokoh di alam fantasi ini kita gandingkan. Ratu Kidul ada kaitan dengan kerajaan Mataram, ada kaitan dengan Pangeran Senopati. Anak raja ini berakit di Sungai Opak hingga sampai ke Laut Selatan, dia tersadai di pantai.
Sebaik sedar, dia lihat ada seorang puteri cantik berpakaian serba hijau muda hadir di sisinya. Terjadilah perbualan singkat di antara keduanya. Pangeran jatuh hati melihat kecantikan Ratu Kidul. Kata Ratu Kidul, Senopati tidak perlu bimbang, ambisinya untuk naik takhta di Mataram adalah cerah.
Ratu Kidul sedia membantu Senopati melaksanakan cita-citanya sekiranya Mataram bakal diserang oleh negara jirannya.
Maka Ratu Kidul menawarkan diri untuk membantu Senopati bila-bila masa sahaja kerana Ratu Kidul akan siap sedia dengan bala tenteranya yang terdiri daripada para jin, peri, lelembut setanah Jawa, mambang dan apa sahaja makhluk halus baik jin besar atau jin kecil.
Bagaimana hendak mendapatkan bantuan itu?
Ratu Kidul memberitahu, senang sahaja, Senopati perlu berdiri, hadapkan wajah ke langit, seru nama Ratu Kidul, katakan bahawa Senopati dalam kecemasan, negeri akan disserang musuh, maka dengan segera, Ratu Kidul akan mengerahkan tenteranya membantu Senopati menguatkan negeri.
Senopati kena depakan tangan, angkat sebelah kaki, dan menyeru nama Ratu Kidul.
Mendengar ujaran itu Senopati semakin berani meneruskan niatnya.
Dia tertarik dengan Ratu Kidul, keberahiannya memuncak. Ratu Kidul tidak ragu-ragu terus mengajak Senopati masuk ke dalam laut.
Dan proses transformasi, memasuki dimensi kehidupan yang berbeza, masuk ke dalam laut menuju istana Ratu Kidul di Laut Selatan.
Merasa kagum dengan paparan istana dalam laut yang indah bak berada di daratan, Senopati melampiaskan rasa berahinya, dan konon keduanya mengadakan ikatan perkahwinan, perkahwinan manusia biasa dengan makhluk halus bernama Ratu Kidul.
Setelah selesai memadu janji dan memenuhi hasrat berahi, mereka pun berpisah. Perkahwinan serba misteri itu tidak berakhir begitu sahaja. Malah, dengan segala keajaiban di alam fantasi, Ratu Kidul akan datang menemui suaminya Pangeran Senopati sebulan sekali ketika bulan purnama.
Sebuah kamar kecil di ruang istana menjadi wadah pertemuan manusia dengan makhluk halus ini. Inilah perkahwinan yang terjadi menurut legenda dalam sejarah Mataram pada sisi yang mistikal.
Sampai sekarang, Ratu Kidul masih hadir di istana sultan. Bukan dongengan. Di sebuah hotel bernama Samudera, disediakan sebuah kamar khas untuk Ratu Kidul.
Bahkan di Kuala Lumpur, penulis difahamkan, seorang lelaki keturunan Cina telah melangsungkan persekutuan mistik dengan Ratu Kidul.
Lelaki ini yang penulis kerap lihat berjalan sendirian di Bukit Bintang Kuala Lumpur, telah mengadakan perkahwinan ghaib dengan Ratu Kidul.
Bahkan menurut seorang paranormal yang pernah berguru di Cirebon, ada dua orang lagi warga keturunan Cina di area Segi Tiga Emas, mengadakan "perkahwinan" mistik dengan Ratu Kidul.
Semuanya telah menyerahkan persembahan berupa kepala kerbau balar, kuih-muih, kain warna-warni kecuali hijau muda, semuanya dipersembehkan ke Laut China Selatan pada waktu maghrib, dan konon lidah syaitan itu menyambar, lalu dibawa laju menuju Laut Selatan, ke istana Ratu Kidul.
Ini kisah fantasi yang menjadi kenyataan apabila penulis sendiri pernah berbual dengan warga keturunan Cina ini, kebetulan dia mengakui hairan kerana melihat ada seekor ular besar di ats katil dengan kepala ular itu menyerupai wajah seorang puteri dengan tiara di kepalanya.
Kekaguman itulah yang menyebabkan lelaki yang gemar berseluar pendek dan berbaju pagoda ini ingin mengadakan persekutuan dengan jin Ratu Kidul.
Baiklah, itu adalah episod fantasi zaman silam tetapi masih bertalian hingga ke Kuala Lumpur.
Bagaimana episod Puteri Gunung Ledang?
Sultan Melaka, Sultan Mahmud, diceritakan ingin berkahwin dengan Puteri Gunung Ledang, dan baginda meminta Tuah, Mamat dan orang-orangnya pergi ke Gunung Ledang untuk meminang puteri itu.
Puteri Gunung Ledang sungguhpun dari jenis jin seperti mana Ratu Kidul, dia tidak ada kelebihan luar biasa seperti Ratu Kidul.
Ratu Kidul mempunyai bala tentera dari kalangan seluruh jin, lelembut, genderuwo, priyangan dan macam-macam lagi sebagai bala tenteranya, sedangkan Puteri Gunung Ledang setakat duduk istirahat di gunung dan menunggu pinangan bodoh dari istana Melaka.
Maka untuk membodohkan kumpulan yang meminang jin perempuan, Puteri Gunung Ledang sengaja mencipta syarat bodoh untuk dipersembahkan kepada Sultan Melaka.
Apa yang puteri jin itu inginkan?
Sebenarnya syarat yang dinyatakan adalah sama seperti syarat Roro Jonggrang kepada lelaki yang ingin mengahwininya. Syarat yang tak masuk akal mendirikan sebuah bangunan dalam satu malam sebelum ayam berkokok adalah mustahil meskipun tugasan itu banyak dibantu oleh jin perkasa.
Puteri Gunung Ledang hanya menyediakan syarat tak masuk akal sahaja untuk Sultan Mahmud yang sudah kehabisan modal. Perempuan biasa sudah dikahwini, isteri orang pun dipinta, maka dia ingin merasai beristerikan perempuan jin pula.
Ia sama perangai dengan Sultan Mahmud mangkat dijulang. Sultan Mahmud Kota Tinggi juga seleranya kepada perempuan jin [baca Hikayat Siak, DBP].
Apa syarat gila yang ditetapkan oleh Puteri Gunung Ledang untuk mengakalkan Sultan Melaka?
1. Jambatan emas dari Melaka ke Gunung Ledang [macam jalur untuk monorail atau LRT sekarang].
2. Jambatan perak dari Melaka ke Gunung Ledang.
3. Tujuh dulang hati nyamuk.
4. Tujuh dulang hati kuman.
5. Tujuh tempayan air mata anak dara.
6. Tujuh tempayan air pinang muda.
7. Semangkuk kecil darah Sultan Ahmad, anak kepada Sultan Mahmud [maksudnya kena korbankan anak lelaki demi mendapatkan puteri jin].
Walaupun syarat gila itu tidak masuk akal, namun dengan egoistiknya, pihak istana mengatakan semua itu akan dilaksanakan, projek mega jambatan emas yang memakan belanja bilion ringgit itu boleh dilaksanakan, jika ada Ali Rustam senyum sebab sejarah Melaka menjadi panjang lagi.
Sebenarnya, bukan faktor darah anak raja, jambatan emas dan perak itu memang tidak mampu dibuat pun, apa lagi nak dapatkan hati nyamuk, hati kuman, air mata anak dara atau air pinang muda.
Jika dibandingkan di antara Sultan Mahmud Melaka yang kempunan hendak berkahwin dengan puteri jin, maka Pangeran Senopati adalah tokoh yang berjaya mengahwini Ratu Kidul di alam fantasinya.
Di antara Sultan Melaka dengan Sultan Mataram, nampaknya pihak Mataram lebih praktikal. Keduanya berjaya melangsungkan perkahwinan mistik, dan berlanjutan hingga kepada kesultanan yang ada hari ini, sedangkan di Melaka, impian itu tinggal angan-angan yang ditertawakan orang.
Mungkin Puteri Gunung Ledang sengaja didongengkan oleh penulisnya baik untukSejarah Melayu atau Hikayat Hang Tuah, maka usaha untuk meniru Pangeran Senopati adalah kemungkinan yang pasti.
Kisah legenda Ratu Kidul sampai ke istana Melaka, diceritakan orang, mungkin juga ketika mengadakan anjangsana muhibah ke Majapahit, cerita mistik itu sampai ke telinga pegawai rombongan dari Melaka.
Apa pun ini hanya andaian yang antara masuk akal atau tidak sahaja. Wallahu a'lam.[]

http://misnona-lintangpukang.blogspot.com/2012/06/puteri-gunung-ledang-dan-ratu-kidul.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar