Rabu, 22 Januari 2014

Pusaka Dewa


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa


Pemuda itu berusia duapuluh tahun, berwajah tampan. Alis matanya seperti golok dengan mulut yang selalu tersenyum, namun kalau orang memperhatikan wajahnya, orang mungkin akan terkejut. Tatapan mata itu bersinar lembut namun tajam menusuk tanda tenaga dalamnya sudah sangat tinggi sekali. Tubuhnya tegap membayangkan kegagahan. Bajunya berwarna putih bersih di lapisi rompi yang terbuat dari kulit harimau putih. Rambutnya di gelung ke atas dan di ikat seutas kain putih juga.
Dengan langkah tegap berjalan menuruni Puncak Sian Thian San (Puncak Para Dewa). Kelihatannya saja dia berjalan perlahan, tapi kalau ada orang yang melihatnya, mereka pasti akan terkejut. Karena dalam waktu singkat saja tubuh pemuda itu telah tiba di bawah bukit yang jaraknya sangat tinggi tersebut. Tidak heran, karena pemuda itu telah mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang di sebut ‘Menjejak Angin, Mengejar Cahaya” yang sakti.
Setelah tiba di bawah, pemuda itu berhenti.
Tubuhnya berbalik dan menatap ke arah gunung sambil termenung sesaat. Sepuluh tahun berlalu dengan cepat sejak dia di bawa ke atas puncak tersebut oleh seorang kakek tanpa nama. Dia hanya tahu bahwa kakek itu adalah kakek tanpa nama yang tidak mau di sebut guru olehnya, tapi kakek itu telah mengajarnya berbagai ilmu-ilmu yang sakti dalam waktu sepuluh tahun tersebut.
Menurut kakek tanpa nama itu, ilmu-ilmu tersebut adalah murni hasil ciptaannya yang belum pernah di kenal di dunia kang-ouw. Itulah sebabnya kakek tanpa nama itu mengamarkan dia untuk berhati-hati menggunakan semua ilmu-ilmu tersebut.
Ada dua tugas penting yang di berikan padanya oleh kakek tanpa nama itu. Yang pertama yaitu: mencari dua orang murid kakek tanpa nama itu yang telah murtad. Yang satu berjuluk Bu Tek To Kui (Iblis Golok Tanpa Tanding) dan Bu Tek Pian Sian Li (Dewi Cambuk Tanpa Tanding).
Sedangkan tugas yang ke dua ialah mencari dan mengumpulkan kembali Sembilan Kitab pusaka Wasiat Dewa yang tersebar di dunia kang-ouw sejak sepuluh tahun yang lalu. Kalau kitab itu jatuh ke tangan orang jahat, maka harus di ambil kembali.
Tak berapa lama kemudian, pemuda itu kembali melakukan perjalanannya namun sudah tidak menggunakan ilmunya lagi. Kali ini dia berjalan biasa sambil menikmati pemandangan alam di bawah pegunungan tersebut. Sementara dia berjalan, tiba-tiba di dengarnya suara orang yang sedang bertarung. Hatinya tertarik dan tubuhnya melesat sebat sekali seperti cahaya saja ke arah pertarungan tersebut.
Tak lama kemudian di lihatnya bayangan empat orang hwesio yang sedang mengeroyok seorang wanita. Gerakan ke empat hwesio yang menggunakan empat jenis senjata yang berbahaya tersebut sangat hebat sekali, seolah-olah tiada celah mengurung sang wanita dari empat penjuru. Nyata bahwa mereka termasuk jago-jago tingkat satu dalam dunia persilatan
Namun setelah di amati, wanita itu ternyata tidak lemah. Tubuhnya berkelebat dengan lincah ke sana- ke sini tanpa dapat di sentuh sedikitpun oleh ke empat penyerangnya. Senjatanya sebuah payung kecil itu bergerak dengan sangat lihai sekali, bahkan lebih cepat dari gerakan ke-empat pengeroyoknya.
Pertarungan tersebut berlangsung cukup lama dan pemuda itu maklum, walaupun wanita itu hebat, tapi setelah sekian lama bertanding keadaan tetap sama kuat. Keempat orang tersebut tidak dapat lawannya begitu juga sebaliknya. Akhirnya dia tidak tahan lagi.
“BERHENTI…!” Semua orang terkejut, suara itu keras dan menggelegar sehingga mengacaukan konsentrasi mereka. Terpaksa mereka menarik senjata masing-masing dan melompat mundur.
Wanita itu berdiri tegak di tengah. Ternyata dia adalah seorang gadis yang sangat cantik sekali. Usianya paling banya delapan belas tahun.
Wajahnya bulat telur dengan alis mata yang tipis melengkung. Matanya yang bening memandang dengan tatapan yang tenang, setenang rembulan. Bibirnya tipisnya yang indah dengan bentuk bibir yang melengkung bak gendewa itu sangat menarik dan selalu tersenyum manis sehingga menampakkan lesung pipitnya yang segar kemerahan. Rambutnya yang hitam lebat dan panjang itu di gelung ke atas.
Pemuda itu terkesima memandangnya dan untuk sekejap lamanya dia tidak dapat berkata apa-apa. Melihat ini keempat hwesio tersebut gusar dan salah seorang di antaranya, yang tertua, segera membentaknya:
“Bocah lancang, siapa kau berani mengganggu kami?”
“Maaf, saya kebetulan lewat dan melihat adanya ketidakadilan di depan mata sehingga memberanikan diri untuk melerai…harap su-wi losuhu tidak marah!” Pemuda itu menjawab lembut dengan sinar mata yang tajam berwibawa.
“Bagus, siapa suruh kau mau mencampuri urusan kami, apa kau tidak takut kami membunuhmu?” Kembali Hwesio itu membentak marah dan memandang dengan sikap mengancam. Walau demikian dia tidak berani sembarangan bergerak. Suara bentakan yang di keluarkan pemuda itu masih terngiang di telinganya dan itu tidak bisa di pandang enteng.
“Eh hwesio busuk mata keranjang, tak usah kau berlagak jagoan, mari kita lanjutkan pertarungan ini. Kalian sudah menghinaku, apa kalian pikir bisa cuci tangan begitu saja? Kalau nonamu ini tidak bisa memberi pelajaran keras pada kalian, jangan sebut aku Im Hong Sian Li (Bidadari Angin Dingin)” Tiba-tiba gadis itu berseru dengan suara yang terdengar jengkel tapi merdu sekali. Segera dia membentangkan payungnya dan di lain saat telah menggempur hebat ke arah si hwesio. Melihat ini, ke tiga temannya kembali membantu.
Pemuda itu terkejut. Tampak wajahnya menyesal dengan sikap mereka. Tapi segera dia mengamati dengan lebih seksama. Dilihatnyalah kelemahan ke empat orang hwesio tersebut. Maka segera dia mengerahkan tenaganya dan mengirimkan suara lewat getaran suaranya ke telinga gadis itu dan memberi petunjuk.
Namun gadis itu tidak memperhatikan, Matanya yang jeli itu tiba-tiba melirik sekilas ke arah Sian Lee, akhirnya gadis itu tersenyum dan mulai memperhebat serangannya. Kali ini dia mengganti permainan silatnya dan Sian Lee terkejut melihat ilmu silat aneh yang di mainkan gadis itu karena dia mengenal dasar-dasarnya.
Hal ini tak heran, walaupun Sian Lee tidak mempelajari ilmu-ilmu yang terdapat dalam Sembilan Kitab Wasiat Dewa tersebut, namun dia telah mempelajasi semua dasar-dasar dari ilmu-ilmu tersebut, sehingga dengan melihat saja dia langsung tahu.
Tak salah lagi, itu adalah ilmu yang terdapat dalam salah satu Kitab Wasiat Dewa yang bernama Hok Mo Cap Sha Kiam Sut (Tigabelas Pedang Penakluk Iblis) yang di mainkan dengan payungnya secara lihai sekali.
Terjadi perubahan yang hebat. Saat keempat lawannya menyerang dari keempat arah secara bersamaan. Yang dari depan menyerang dengan hud-him (kebutan panjang), dari kiri dengan sepasang roda besi, dari kiri dengan sepasang kaitan baja dan dari belakang dengan rantai bermata tujuh.
Hebat sekali karena serangan itu menuju ke arah bagian-bagian tubuh yang mematikan. Namun dengan tenang, tiba-tiba dari mulut gadis itu terdengar lengkingan yang amat kuat mirip Sai cu Ho kang. Payungnya berputaran bagai kitiran yang amat kuat, membuka dan menutup menangkis semua serangan. Namun anehnya, karena pada saat yang sama ke empat orang itu juga merasakan hawa tajam yang terus mengancam punggung, tengkuk dan pinggang mereka. Segera mereka mengalihkan perhatian untuk coba menangkis tapi hawa tajam itu sudah melukai mereka masing-masing walaupun tidak dalam, kecuali orang kedua yang nekat mengangkat tangan kirinya menangkis.
“Aaaaakhh!...” “Ji-tee…!” Ketiga hwesio lain berseru kuatir segera mendekati rekan mereka sementara gadis tersebut sudah melesat dan hilang dari pandangan mereka dan berdiri tak jauh dari situ.
Setelah di amati, ternyata tangan kiri hwesio itu telah putus sampai di siku dan jatuh ke tanah.
Hwesio yang tertua segera berdiri dengan muka merah dan balik bertanya pada si gadis:
“Nona, ada hubungan apakah kau dengan Hok Mo Kiam Ong (Raja Pedang Penakluk Iblis) Lui chun?”
“Hemm..Beliau adalah salah satu di antara dua guruku yang sakti, kau mau apa?” Dara itu balas menjawab dengan kesal meskipun bibirnya masih tersenyum..
“Aah! Tak diyana kau murid orang itu, baiklah kami tidak sanggup melawanmu dan mengingat orang tua tersebut, maka kami tidak akan terus mendesakmu lagi. Tapi kami pasti akan menuntuk balas suatu saat nanti…” Sehabis berkata demikian, mereka bertiga berlalu dari situ sambil menggendong saudara seperguruan mereka.
Suasana kembali tenang. Tinggal ke dua orang itu yang ada. Si gadis memandang sang pria begitu juga sang pria. Tak seorangpun yang berani bicara untuk sekian lama, sampai akhirnya:
“Maafkan kelancanganku nona…” Pemuda tersebut berkata sambil tersenyum.
“Hmm, namaku Hong Er Yong, orang memanggilku Im Hong Sian Li, …kalau boleh tahu siapa nama tuan?” Gadis itu menjawab riang. Hakikatnya itu bukan jawaban karena tidak nyambung dengan permintaan maaf pemuda itu, tapi siapa yang peduli tentang itu.
Pemuda itu tertegun sejenak. Matanya menjelajahi gadis di depannya dari atas sampai ke kaki dengan tatapan yang penuh kekaguman. Namun pikirannya juga sedang bekerja, dia memang punya nama dan julukan, tapi tentu saja dia malu untuk memperkenalkan sendiri, namun pikiran itu segera di tepisnya dan menjawab:
“Eh..aku seorang pengelana biasa saja namaku Sian Lee…Eh, nona apa kau tadi menggunakan Hok Mo Cap Sha Kiam Sut? Darimanakah kau....”
“Lihat serangan, Haiiiiitt….!” Belum selesai dia berkata, gadis itu sudah menyerangnya dengan dahsyat dan tidak tanggung-tanggung. Payung gadis itu menyerangnya dengan gencar mengancam duapuluh enam titik di tubuhnya tanpa ampun.
Walau bingung ternyata Sian Lee tidak kurang waspadanya. Tubuhnya bergerak sebat dengan ilmu “Menjejak Angin, Mengejar Cahaya” yang sakti.
Dalam sekejap saja tubuhnya lenyap dari hadapan si gadis yang terkejut melihat ini. Namun hanya sedetik kemudian tangan kiri gadis itu kembali telah memegang pisau kecilnya yang melesat cepat mengarah ke belakang punggungnya tanpa dia berbalik. Lihai sekali, sampai Sian Lee juga berdecak kagum.
Si gadis menunggu sambil berbalik. Namun tidak terjadi apa-apa terhadap pemuda itu. Saat mereka kembali berhadapan, dia melihat pisau kecilnya telah di pegang oleh pemuda tersebut dengan tubuh pemuda tersebut masih tetap melayang sambil memandangnya dengan muka mendongkol
“Nona, tolong hentikan seranganmu, aku tidak bermaksud buruk, mengapa engkau menyerangku seperti ini?”
“Hem, kau mengetahui ilmu silatku, sudah tentu aku curiga bahwa kau adalah salah satu orang yang ingin merampas ilmu ini, benarkah?” Gadis itu menatap penuh selidik.
“Maafkan aku, memang aku sedang menyelidiki keberadaan kitab ilmu itu, bahkan bukan hanya itu, masih ada lagi delapan kitab yang lain untuk di kembalikan kepada pemiliknya yang sebenarnya…”
“Siapa pemiliknya yang sebenarnya..?” Kembali gadis itu bertanya dengan ketus.
“Pemilik sebenarnya adalah kakek sakti yang bertapa di Sian Thian San. Menurut beliau, salah satu muridnya yang murtad melarikan pusaka-pusaka tersebut dan menjadi rebutan di kang-ouw pada sepuluh tahun yang lalu.”
“Hem, apa kau pikir aku dapat percaya dengan mudah saja perkataanmu, siapa tahu ini cuma akal-akalanmu saja untuk menipuku?”
“Maaf nona Yong, kakek tanpa nama hanya berpesan padaku bahwa kalau ilmu-ilmu tersebut di gunakan untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak maka aku tidak perlu mengambilnya, tapi kalau di gunakan untuk kejahatan maka aku wajib mengambilnya kembali bahkan kalau perlu mencabut ilmu itu…”
Gadis itu termenung sejenak akhirnya dia menarik nafas panjang dan berkata: “Aku tidak tahu apakah ilmu ini ku gunakan dengan baik atau tidak, tapi suhuku pernah berpesan bahwa akan datang seorang utusan dari Sian Thian San yang akan datang mengambil kitab tersebut dan aku diharus kan mengembalikannya.”
“Nona, aku sudah melihat sepak terjangmu, dan kurasa kau boleh terus memiliki kitab itu…anggap saja sebagai hadiah perkenalan kita, karena sejak turun gunung, kaulah gadis pertama yang aku temui, bagaimana?” Sian Lee berkata sambil tersenyum
Kembali Er Yong tersenyum: “Eh, kau mau kemanakah?...” Gadis itu kemudian dia balik bertanya sementara matanya yang bening menatap dengan tatapan kagum pemuda di depannya itu,
“Akhh, nona Yong…”
“Uhh, usiamu lebih tua dariku, lebih enak kalau kau panggil aku Yong-moi dan aku memanggilmu Lee-ko, bagaimana?” Potong Er Yong tanpa malu-malu dan dengan tatapan mata agak di sipitkan. Memang gadis ini tidak begitu mementingkan banyak aturan-aturan, sehingga tidak terlalu masalah.
“Baiklah Yong-moi, seperti yang ku katakan tadi aku hanyalah seorang pengelana yang bebas. Aku hanya ingin berkelana dan mengamalkan ilmu yang ku pelajari untuk menolong orang-orang yang membutuhkan, bagaimana dengan engkau sendiri Yong-moi?”
“Akupun sama saja Lee-ko, sudah setahun aku berkelana sehingga orang-orang kemudian menjulukiku Im Hong Sian Li. Hem, engkau juga perlu sebuah julukan yang bagus, dan rasanya tidak ada yang lebih cocok selain ….” Gadis itu terdiam sambil tangan kanannya meraba dahi tanda sedang berpikir keras.
“Eh, selain apa Yong-moi?” Sian Lee mendesak dengan penasaran.
“Mmmm…melihat keadaanmu, maka lebih cocok adalah Pengelana Tangan Sakti, bagaimana?"
“PENGELANA TANGAN SAKTI?....hahaha, tampaknya bagus juga, terima kasih Yong-moi, sekarang kau mau ke manakah?”
Gadis itu tidak menjawab pertanyaannya, tapi kemudian dia berkata:
“Baiklah Lee-ko, kita berpisah sampai di sini, aku masih ada urusan lain yang harus ku kerjakan, sampai jumpa lagi…” Dalam sekejap bayangan gadis itu sudah melesat meninggalkannya dan membuat pemuda tersebut termenung.
Menghadapi kepergian gadis itu, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa hampa sekali seperti kehilangan sesuatu. Tapi tak lama kemudian dia segera sadar dan melanjutkan perjalanannya.
---------------------------------------
Empat hari kemudian sampailah dia di sebuah lembah yang tidak berpenghuni. Tidak ada yang menarik dengan lembah tersebut selain dinding-dindingnya yang curam dengan di kelilingi pohon-pohon yang lebat. Yang membuatnya tertarik adalah suara tertawa aneh yang bertenaga dalam tinggi yang di dengarnya dari jarak duapuluh li.
Segera dia menuju kesana dan benar saja. Dari balik pepohonan dia melihat lima orang aneh yang saling berhadapan. Setelah di perhatikan tampaknya mereka sedang memperebutkan seorang anak berusia sepuluh tahun. Tampak tempat itu telah porak poranda. Pepohonan saling tumpang tindih dan masih tampak bekas-bekar pukulan.
“Hehehehe…Kui Coa Lo Mo (Iblis Tua Ular Sembilan), apa kau masih tidak mau mundur?” Seorang kakek aneh membentak marah. Tubuhnya tinggi kurus tapi seluruh muka dan tangannya di penuhi jarum-jarum seperti Landak.
“Hemm, Tok Ciam Jian Sin Kui (Iblis Sakti Seribu Jarum Beracun), melindungi diri sendiri saja kau hampir semaput, masih juga mau menggertakku…hohoho, aku takkan mundur sedtapakpun.” Balas kakek yang di panggil Kui Coa Lo Mo itu.
“Bagaimana dengan kalian? Apa kalian juga masih berkeras kepala?...” Kembali Tok Ciam Jian Sin Kui membentak sambil matanya menyapi dingin ke arah ke tiga lawan yang lain.
“Aku, Hwee Tok Ciang Kui cu (Si Iblis Tangan Racun Api), takkan mundur…Sin-Tong (Anak Ajaib) itu harus ku dapatkan…?” Seorang kakek yang lain dengan tangan yang merah membara membentak marah juga.
“Hihihihihi…jika kita sepakat Tok Ciam Jian Sin Kui, rasanya kita berdua cukup untuk menyapu kedua bangkotan bau tanah ini...” Seorang nenek yang memiliki wajah tertutup rambutnya yang riap-riapan panjang menyahut dengan suara yang seram. Dia bukan lain adalah Kiam Ci Kui Sian Li (Bidadari Iblis Berjari Pedang)
Tok Ciam Jian Sin Kui menatap dengan wajah setengah di miringkan terhadap Kiam Ci Kui Sian Li. Otaknya yang licik segera bekerja.
“Heheh…baik…baik…mari kita berdua singkirkan kedua tikus tanah ini…tapi bagaimana dengan kau Hek Hiat Bong Kui (Iblis Kubur Berdarah Hitam)” Sahutnya sambil menatap seorang kakek berjubah hitam yang msih belum mengeluarkan suara.
Semua mata memandang kepadanya dengan dengan pandangan mengancam. Tapi Hek Hiat Bong Kui tidak mengublis mereka. Matanya tetap tertuju pada anak tersebut. Dia menginginkan anak itu sendiri, tujuannya ialah untuk memperdalam ilmunya dengan darah anak tersebut. Perhatiannya sedang terfokus penuh untuk merebut anak tersebut, maka tidak dia perhatikan ke empat lawannya.
Keempat lawannya memperhatikannya dengan tatapan curiga. Tiba-tiba Hek Hiat Bong Kui mengeluarkan suara seperti orang menangis, sangat lirih namun ternyata menggetarkan seluruh yang ada sehingga mendatangkan perasaan mengidik jika orang biasa yang mendengarnya. Tangannya bergerak cepat melemparkan enam belas bom asap beracun ke tanah yang langsung menyebarkan bau nyengit orang mati. Asap tebal langsung menutupi area pertarungan tersebut.
Semua orang terkejut karena asap beracun itu sangat tebal sekali. Mereka melihat Hek Hiat Bong Kui telah lenyap dari tempatnya berdiri. Tanpa pikir panjang Kui Coa Lo Mo menggerakkan senjata sembilan ular ampuhnya ke arah kepulan asap untuk menjaga agar jangan sampai lawan kabur. Sementara dari sebelah depan Tok Ciam Jian Sin Kui juga sudah menggerakkan jurus “Taburan seribu jarum iblis” yang dahsyat unguk mencegah kalau-kalau hek hiat Bong kui melarikan diri.
Walau serangan mereka dahsyat, namun mereka masih tetap menjaga arah serangan mereka sehingga tidak mencelakakan anak yang menjadi rebutan mereka.
Sementara Hwee Tok Ciang Kui cu dan Kiam Ci Kui Sian Li juga telah mengibaskan tangan mereka untuk mengusir asap yang tebal sedangkan dari sebelah luar. Tampaknya mereka lebih berhati-hati daripada ke dua “sekutu” mereka yang nekat itu..
Terdengar jeritan kesakitan dari Hek hiat bong kui. Sementara Kui Coa Lo Mo dan Tok Ciam Jian Sin Kui juga merasakan hal yang sama. Serangan mereka tiba-tiba terpental balik oleh sesuatu kekuatan yang maha dahsyat. Dalam kekagetan mereka terpaksa melompat mundur dengan segera.
Setelah asap itu lenyap perlahan-lahan, tampaklah pemandangan yang membuat kaget semua orang.
Anak ajaib yang mereka perebutkan tadi sudah lenyap. Justru yang tampak adalah Hek hiat Bong Kui yang terduduk di tanah dengan nafas tersegal-segal hampir tak percaya dengan apa yang di alaminya.
Apakah sebenarnya yang terjadi? Ternyata itu adalah pekerjan Sian Lee. Dia mempergunakan saat mana asap menyebar dengan tebal dan saat perhatian ke lima orang itu di tujukan kepada si anak ajaib tersebut, dia menyelinap di antara keredapan serangan ke dua iblis itu yang di tujukan kepada Hek-hiat bong kui.
Saat dia tiba di dalam kepungan asap beracun itu, di lihatnya si anak ajaib itu duduk di atas tanah sambil tertotok. Sementara hek hiat bong kui juga sedang mengulurkan tangan untuk merampas anak itu..
Perbuatan Sian Lee yang hendak mengambil anak tersebut telah tertangkap oleh mata hek hiat bong kui yang sedang melayang ke udara. Dengan cepat iblis itu sudah ada di hadapannya. Sian Lee pikir waktu sudah tidak keburu lagi, kalau melayani iblis itu lebih lama lagi, maka asap akan segera buyar dan itu berarti dia harus bertempur melawan lima orang yang tangguh. Saat itulah kedua serangan Sementara Kui Coa Lo Mo dan Tok Ciam Jian Sin Kui menyusul tiba.
Berpikir sampai di sini, tak ayal lagi segera di kerahkannya jurus ke tiga dari ilmu Pat Sian Giam Lie Ciang (Tarian Maut Delapan Dewa) yang bernama Bu Eng In Sian Ciang (Telapak Dewa Awan Tanpa Bayangan). Hek hiat bong kui terkejut setengah mati ketika tubuh pemuda itu sudah ada setengah jengkal di depan wajahnya. Cepat dia pukulkan tangannya ke depan dengan pengerahan tenaga dalam tinggi, namun tidak tahu bagaimana, pemuda itu bergerak sangat cepat sekali, tahu-tahu sudah berada di belakangnya. Anehnya, dia masih tetap merasakan totokan yang dahsyat tepat mengenai jalan darah di dada dan di sekitar tulang iganya.
Saat itu juga di lihatnya tangan pemuda itu bergerak mengibas dua kali sehingga mementalkan semua serangan senjata-senjata Kui Coa Lo Mo dan Tok Ciam Jian Sin Kui yang mengancam dirinya. Saat asap beracun itu sirna, Hek Hiat bong kui mendapati dirinya tertotok diam di atas tanah.
Keempat iblis yang lain segera mengerubutinya dengan tatapan heran, tapi juga mengancam melihat kondisi Hek hiat bong kui.
“Hem, Hek hiat bong kui…kau berani main gila apa?...” Bentak Tok Ciam Jian Sin Kui dengan marah.
Mereka hendak mengerubuti Hek Hiat Bong kui yang terlihat tak berdaya, tapi tiba-tiba melayanglah selembar daun kecil yang baru saja habis di petik. Hwee Tok Ciang Kui cu segera menyambarnya dan membacanya.
“Maaf, anak ini ku bawa pergi, Pengelana Tangan Sakti”
Diam-diam keempat iblis itu terkejut. Pada masa itu nama 5 Iblis Langit sangat terkenal, di samping 5 Siluman Bumi. Sepuluh tahun yang lalu mereka berlumba dengan para tokoh-tokoh golongan hitam dan putih lainnya dan berhasil mendapatkan 2 kitab dari sembilan kitab yang ada. Sementara yang dua lagi jatuh ke tangan 5 Siluman Bumi. Mereka menawan satu siucai untuk membaca kitab itu di hadapan mereka sehingga kepandaian mereka meningkat dengan pesat dan menjadi datuk-datuk iblis golongan hitam yang berkepandaian tinggi. Mereka kemudian membunuh siucai tersebut dan memusnahkan kedua kitab pusaka.
Saat mengamati tulisan yang begitu halus, mereka segera sadar bahwa itu di tulis oleh seorang yang bertenaga dalam yang sangat sempurna sekali.
Mereka sekalipun belum tentu bisa berbuat sebaik ini. Tanpa banyak bicara, mereka semua segera berpencar mengambil jalan masing-masing meninggalkan tempat tersebut.
Sayang Sian Lee tidak sempat bertempur dengan mereka, karena kalau ada, pasti dia sudah mengetahui keberadaan ke dua ilmu yang dia sedang cari-cari tersebut.
Sian Lee melesat membawa anak yang di sebut anak ajaib itu ke atas sebuah puncak gunung yang tinggi. Setelah di rasa cukup jauh dari kelima iblis tersebut dia meletakkan anak itu dan membebaskan totokannya.
“Adik kecil, siapakah namamu?”Tanya Sian Lee penuh selidik.
Anak itu segera menjatuhkan diri bertelut sambil mengucapkan terima kasih.
“Budi in-kong sungguh setinggi langit, ijinkanlah siauw –tee melayani in-kong.”
“Hem, berdirilah.. …sekarang ceritakan, mengapa kau sampai di perebutkan para iblis tersebut.”
Sebenarnya Sian Lee tidak perlu bertanya sebabnya. Pandangan matanya yang tajam dapat melihat bakat yang amat baik dalam diri anak itu. Ketika tadi dia meraba-raba tulang anak itu, dia merasakan suatu aliran hawa yang kuat mendesak-desak. Tapi dia diam saja sambil menunggu penjelasan anak itu.
Maka berceritalah anak itu. Namanya Bu Beng (Tanpa Nama). Dia tidak tahu siapa ayah bundanya, karena sejak kecil dia telah di pelihara oleh sepasang suami-istri tua yang berjuluk Hek Liong Siang cu (Sepasang Naga Hitam) yang tinggal di perairan laut Po Hai, tapi kedua kakek suami istri itu telah mati karena usia tua dan meninggalkan dia sejak berumur 7 tahun. Hanya saja sebelum kematian mereka, kedua suami istri itu sudah mengajar nya ilmu silat bahkan menyalurkan seluruh tenaga murni mereka padanya.
Selama dua tahun dia terlunta-lunta sampai ada pertikaian para tokoh-tokoh persilatan yang sedang memperebutkan mestika Jamur Api pada se tahun yang lalu yang kabarnya sanggup melipatgandakan tenaga sakti. Dalam pertikaian tersebut entah bagaimana Jamur Api tersebut telah di makan olehnya sehingga orang-orang kemudian mengejarnya dan menyebut dia sebagai Sin-Thong (Anak Ajaib). Demikianlah anak itu menuturkan riwayatnya.
“Hem, adik kecil, sekarang setelah terbebas dari para iblis-iblis tersebut apa rencanamu, kau mau ke manakah?"
Bu Beng tiba-tiba menjatuhkan diri bertelut dengan muka menyentuh tanah.
“Siauw-tee tidak punya siapa-siapa lagi, kalau toako berkenan, ijinkan siauw-tee memanggilmu suhu dan ikut engkau kemanapun juga…”
Sian Lee tertarik dengan anak ini. “Baiklah aku suka menerimamu. Mulai sekarang engkau akan memakai nama “Sian” di depan namamu jadi menjadi Beng Sian…karena kau sudah memiliki dasar-dasar silat yang cukup baik, aku akan menurunkan dua ilmu sakti padamu…Jika kau berlatih dengan tekun, tidak ada lagi orang yang akan yang akan dengan mudah menganiayamu” Kata Sian Lee dengan tersenyum.
Demikianlah selama tiga bulan Sian Lee tinggal di bukit itu dan mengajarkan Beng Sian dua ilmu yaitu salah satu jurus dari Pat Sian Giam Lie ciang yang bernama Hok Liong Hwee Sian ciang (Telapak Dewa Api Penakluk Naga) dan ilmu meringankan tubuh yang di sebut Hui Eng Cu. Pada dasarnya Pat Sian Giam Lie Hong hanya terdiri dari delapan jurus saja, namun delapan jurus ini dapat di latih sendiri-sendiri dan memiliki kembangan yang luas dan banya karena merupakan inti jurus yang di gabungkan dari berbagai ilmu silat yang ada sehingga hebatnya bukan kepalang. Sehingga suatu keuntungan bagi Beng Sian bisa melatih salah satu dari pada ilmu itu.
Keuntungan dari Beng Sian adalah karena dalam tubuhnya sudah mendekam kumpulan tenaga sakti yang di hasilkan dari Jamur Api, sehingga walaupun umurnya baru sepuluh tahun, tapi Sian Lee melihat bahwa tenaganya sudah cukup menunjang untuk memainkan ilmu dahsyat tersebut.
Tiga bulan kemudian, setelah memberi petunjuk secukupnya Sian Lee menyuruh anak itu untuk terus berlatih sendiri di tempat itu sampai menguasai dengan baik ke dua ilmu tersebut, setelah itu barulah dia boleh mencari Sian Lee. Beberapa hari kemudian Sian Lee kembali melanjutkan perjalanan.
---------------------
Suatu hari Sian Lee tiba di kota Hang Chou. Kota ini sangat ramai di kunjungi oleh para pendatang dari berbagai daerah. Karena lapar, Sian Lee segera memasuki sebuah rumah makan yang di lihatnya tidak terlalu penuh.
Saat dia masuk, tampak di salah satu sudut ada satu tempat yang kosong. Segera dia menuju ke tempat tersebut dan memanggil pelayan yang segera datang tergesa-gesa melayaninya.
“Tuan mau pesan apa?” Tanya pelayan ini sambil tersenyum.
“Bak-mie goreng, cap cay dan ayam bakar satu” Sian Lee menjawab sambil tersenyum juga. Pelayan itu pergi dan tak lama kemudian sudah kembali sambil membawa pesanannya. Segera Sian Lee makan dengan lahapnya.
Saat dia sedang makan, tiba-tiba mengepul asap di luar. Seekor kuda merah yang gagah berhenti di depan rumah makan tersebut. Sang majikan ternyata adalah seorang gadis yang memakai sebuah kerudung menutupi wajahnya. Sian Lee tidak ambil perduli, tapi ketika gadis itu melangkah memasuki rumah makan itu dan menuju ke arah tempat duduknya. Ya, karena memang hanya di tempat duduknyalah yang belum penuh. Sian Lee lalu memperlambat makannya.
Ketika gadis itu melewati satu meja yang terdapat enam orang kasar. Sambil tertawa-tawa dan berbisik, salah satu tangan dari orang yang paling dekat dengannya terulur meremas bokong sang gadis. Mendapat perlakuan demikian, sang gadis naik pitam, dan akibatnya memang sangat buruk. Entah bagaimana tubuh orang iru sudah terlempar bagai daun kering ke luar jendela dengan tangan tertinggal di lantai.
“Huh, nona kau kejam sekali…” Bangkit berdiri seorang di antara enam orang itu sambil membentak di ikuti keempat temannya yang lain yang segera berdiri dan mengurung
“Eh, gadis liar kurang ajar berani kau berlagak di depan kami…” Seru salah seorang temannya yang marah. Tampaknya mereka belum sadar dengan apa yang baru saja di perbuat oleh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis tersebut tidak tampak di balik kerudungnya, tapi dari sinar matanya yang berkilat-kilat, maka dapat di pastikan bahwa gadis tersebut sudah marah sekali.
“Manusia-manusia bosan hidup…rasakan tangan nonamu ini…” Nona itu bergerak dengan sangat cepat, sehingga akibatnya ke lima orang tersebut terlempar keluar bagai daun kering ke luar jendela.
“Pucuk di cari, ulam tiba…hehehe, setelah sekian lama ternyata kitb itu ada padamu, bagus…bagus…nona serahkan kepadaku kitab yang ada padamu?” Tiba-tiba seorang kakek bongkok bercaping lebar yang duduk di sudut ruangan bergerak dan di lain saat telah berada di depan gadis itu.
“Hehehe, Siluman Bongkok, enak saja kau, apa kau kira aku akan diam saja, kitab itu harus menjadi milikku…?” Tiba-tiba dari arah pintu melayang seorang kakek kurus yang memiliki bentuk daun telinga yang besar seperti babi. Sambil membawa sebuah garukan.
“Hah, Siluman Babi Sakti, kau mau berebut denganku? Bosan hidup…” Kembali siluman bongkok itu membentak dengan marah, tapi kemudian dia menahan dirinya sambil memandang gadis tersebut.
“Nona, segera keluarkan kitab yang ada padamu dan serahkan pada kami?”
“Huh, kitab apa yang kau maksudkan, aku tidak mengerti?” Suara gadis itu merdu sekali menyahut dengan nyaring.
“Mata kami tidak buta, tadi kau menggunakan ilmu yang aneh, kami tahu itu pasti salah satu ilmu dari kitab-kitab wasiat dewa…cepat serahkan…” Seru siluman Babi Sakti dengan nada mengancam
“Enak saja, apa kau punya kemampuan…?” Gadis itu menantang.
“Kenapa tidak…heheheh…” Belum habis suaranya tiba-tiba siluman bongkok sudah melesat ke depan mencengkeram ke arah dada gadis itu, sementara tangannya menotok ke arah pusar dan iga si gadis.
Hebat sekali serangan ini. Semua orang berseru kuatir, terlebih Sian Lee. Segera dia hendak membantu, tapi dilihatnya si gadis bergerak cukup cepat sehingga dapat menghindar dari serangan ganas lawan, sekali dia menggerakkan tangan ke arah pinggang maka di tangannya telah tergenggam sebatang pedang panjang yang lemas. Dia lalu balas menyerang dengan tak kalah hebatnya.
“Hohoho…Siluman Bongkok, akhirnya kena batunya juga kau….” Siluman Babi Sakti balik mengejek kawannya.
Siluman Bongkok itu mendengus dan segera mengerahkan ilmu andalannya yang di sebut “Pat He Pek Kut Jiauw (Cakar Tulang Putih Delapan Siluman) yang dahsyat. Ilmu ini adalah gubahannya sendiri berdasarkan ilmu-ilmu dari kedua kitab wasiat dewa yang di dapat olehnya dan keempat rekan silumannya sepuluh tahun yang lalu.
Hebatnya bukan main, apalagi setelah di tambah dengan hawa-racun tulang-tulang manusia yang di pakai sebagai tempat latihan.
Dari tangannya berkeredapan bayangan-bayangan cakar yang mengeluarkan suara mencicit tajam menyerang dari atas seperti burung rajawali mengarah ke seluruh bagian-bagian tubuh rahasia dari gadis tersebut. Setelah mengamati sejenak, Sian Lee terkejut karena melihat bahwa dasar-dasar ilmu cakar itu adalah dari kitab Cui Beng Sian Ciang (Tangan Dewa Pengejar Roh) dan kitab Kim Tiauw Sian Kang (Tenaga Dewa Rajawali Emas).
Namun, gadis itu melawan dengan tak kalah hebatnya. Gerakan pedang lemasnya liukan tubuhnya, gaya ilmu silatnya dan pancaran tenaganya adalah pengerahan tingkat tinggi dari dalam kitab ilmu Thian Liong Sip Pat Kiam sut (Delapanbelas Pedang Naga Langit).
Pertempuran tersebut berlangsung seru. Limapuluh jurus telah lewat tapi keadaan masih tetap sama kuat. Melihat ini Siluman Babi Sakti perlahan menggenggam tongkat garukannya dan melangkah maju hendak membantu temannya, tapi tiba-tiba suatu suara mengejek terdengar dari samping.
“Heh, Manusia babi, kau adalah tokoh besar yang sakti, apa kau tidak malu mau mengeroyok seorang gadis…” Tampak seorang pemuda pelajar seperti seorang siucai telah berdiri dan melangkah ke depan Si Siluman babi tersebut sambil tersenyum.
“Eh, kutu buku bosan hidup…cari mati kau…” Siluman babi sakti tampak marah dan mengangkat tangannya menampar pipi pemuda itu. Tapi si pemuda segera mengangkat tangannya menangkis. Terjadi adu tenaga dan keduanya terdorong mundur satu langkah. Tampaknya tenaga mereka berimbang.
Siluman babi terkejut. Tahu lawannya tidak bisa di pandang enteng, segera mengangkat senjatanya dan menyerang dengan gencar. Sian Lee mengamati dasar ilmunya juga sama dengan Si Siluman Bongkok
Si pemuda tidak mandah saja di serang. Tangannya bergerak ke balik jubahnya dan di lain saat dia sudah memegang sepasang poan-koan-pit yang ujung kuasnya terbuat dari kuas perak dan emas. Segera siucai itu balas menyerang.
Ternyata Ilmunya hebat. Sian Lee yakin seratus persen bahwa itulah ilmu dari kitab Hong In Sian Pit Ciang (Pukulan Pit Dewa Awan Angin) yang dahsyat.
Siucai itu dapat memainkan kedua senjatanya itu dengan dahsyat menandingi siluman babi tersebut.
Tempat itu sudah porak poranda. Pemilik rumah makan tampak meringkuk di sudut ruangan sedangkan orang-orang yang tadinya sedang makan sudah lari keluar semua. Tertinggal Sian Lee di sudut ruangan yang mengamati mereka yang sedang bertarung.
Setelah sekian lama pertempuran tersebut tampak seimbang. Mereka telah mengerahkan jurus-jurus yang paling ampuh. Sian Lee berdiri perlahan kemudian berjalan ke tengah arena.
Saat itu si bongkok sedang menyerang dengan jurus “Delapan Cakar membetot sukma”, tubuhnya seolah-olah terbagi delapan dengan enambelas tangan yang menyerang dengan berbagai jurus dahsyat. Sementara si gadis berkerudung itu juga telah mengerahkan jurus ke delapanbelas yang bernama “Delapanbelas Naga Mengamuk Mendobrak Langit”. Pedangnya bergerak lambat tapi sangat cepat sekali tibanya. Hawa pedang yang tajam mendesak ke semua penjuru dalam setarikan nafas. Ini adalah pengerahan jurus antara hidup dan mati dari mereka berdua.
Dalam situasi inilah tubuh Sian Lee melayang ke arah pertarungan mereka. Tubuhnya bergerak seperti bayangan yang mengelilingi dan menyusup-nyusup di antara amukan serangan kedua orang itu sambil mengerahkan jurus kedua dari ilmu Pat Sian Giam Lie Ciang, yaitu: Chit Hai Sui Sian Ciang (Telapak Dewa Air Tujuh Samudra). Dalam waktu sepersekian detik semua serangan-serangan ke dua orang itu yang saling berbelit tampak redam di bawah tekanan gelembung-gelembung air padat yang keluar dari tangan Sian Lee.
Mereka terdesak ke belakang, dan dalam saat yang hampir bersamaan juga terdengar seruan kaget dari si Siluman Babi Sakti dan Si Siucai. Mereka juga sudah terpisah.
Saat mereka memandang ke tengah ruangan, tampak seorang pemuda tampan berpakaian putih dengan rompi harimau putih yang gagah telah berdiri di tengah mereka.
“Lancang…Siapa kau, berani mencampuri urusan kami?” Siluman Babi Sakti berseru sambil memandang dengan mata mendelik marah.
“Aku Pengelana Tangan Sakti…kita memang belum saling kenal, tapi kalian berdua telah berhutang kepadaku…?” Jawab Sian Lee dengan suara tenang.
“Hweleh…hweleeeh…bocah sombong, hutang apa yang kau maksudkan? Apakah kau tidak tahu berhadapan dengan siapa? Siluman Bongkok bertanya dengan penasaran.
“Dua kitab Cui Beng Sian Ciang (Tangan Dewa Pengejar Roh) dan kitab Kim Tiauw Sian Kang (Tenaga Dewa Rajawali Emas)….!” Kembali Sian Lee menjawab dengan suara tenang. Sementara ke dua siluman di depannya itu tampak terkejut.
“Kalian sudah memiliki kitab itu selama sepuluh tahun, jika saja ilmu itu di gunakan untuk kebaikan, maka kalian lulus ujian sebagai pemilik sejati yang di pilih oleh ilmu-ilmu tersebut, tapi ternyata kalian tidak lulus maka kalian harus mengembalikan ilmu tersebut…” Sian Lee melanjutkan penjelasannya.
“Huh, kitab itu sudah lama kami bakar, kau tidak akan bisa mendapatkannya lagi…hahahaha…”
Siluman Babi Sakti menjawab sambil tertawa.
“Baiklah, aku memang harus mencabut ilmu itu dari kalian…”
“SOMBONG…kau mengandalkan apa? Makan Garpuku…” Siluman Babi Sakti segera menggerakkan senjatnya menyerang diikuti oleh Siluman Bongkok.
Sian Lee sudah menyaksikan ilmu mereka, setelah menghindar sampai duapuluh jurus, Sian Lee balas menyerang.
“Kalian merusak keaslian dan kemurnian ilmu-ilmu tersebut. Lihatlah, aku akan mengalahkan kalian dengan kedua ilmu tersebut…Heaahh…”
Kedua lawannya terkejut ketika melihat pemuda itu menyerang mereka dengan Cui Beng Sian Ciang yang asli. Di tangan pemuda itu ilmu tersebut menjadi dahsyat berpuluh kali lipat.
Setelah memainkan habis Cui Beng Sian Ciang, Sian Lee merubah dengan Kim Tiauw Sian Kang yang menyambar-nyambar dari atas. Kedua datuk siluman sesat tersebut tampak mulai terdesak.
Apalagi saat Sian Lee mulai memainkan kedua ilmu tersebut secara bergantian. Mereka tak sanggup bertahan lama.
Telapak tangan pemuda tersebut bergerak bagaikan kilat yang mengurung rapat tanpa celah ke arah mereka. Melihat bahwa mustahil bagi mereka memperoleh kemenangan, mata mereka mulai melirik kesana-kemari untuk mencari jalan melarikan diri. Tapi Sian Lee tidak membiarkan ke dua buruannya lolos.
Siluman Babi Sakti tiba-tiba membanting sesuatu di lantai ruangan itu sehingga menimbulkan asap tebal. Tapi Sian Lee sudah pernah menghadapi tipuan begini. Tubuhnya berputaran cepat dengan ilmu ‘Menjejak Angin, Mengejar Cahaya” yang menimbulkan pusaran kuat yang mengusir asap tersebut dalam sekejap. Sehingga kedua siluman itu tetap terkurung.
Akhirnya, sian Lee mengakhiri serangannya dengan jurus “Rajawali Sakti Menggempur Lautan” . Tangan dan kakinya bergerak cepat bagai kitiran menyerang dari atas saling susul-menyusul. Ilmu ini tampak sederhana, tapi tenaga yang terkandung di dalamnya menekan ke dua datuk siluman itu sehingga tidak bias berbuat apa-apa.
Keduanya terlempar ke belakang menabrak dinding dan jatuh dengan tubuh pingsan. Dan Tian mereka telah di rusak oleh Sian Lee. Untuk seterusnya, kedua orang itu tidak lebih daripada manusia biasa yang tiada kepandaian sama sekali.
Sian Lee mengeluarkan satu tail emas yang di lemarkan kepada pemilik rumah makan tersebut.
“Paman, saya rasa ini cukup untuk mengganti kerugian paman…maafkan kami yang telah membuat keributan…” Pelayan itu menyembah dengan kepala terantuk-antuk sampai ke tanah sambil mengucapkan terima kasih. Tapi Sian Lee sudah mengalihkan perhatian pada si gadis dan si siucai.
Segera si siucai menjura dengan hormat: “Taihiap, namaku Kai Ong, terima kasih atas bantuanmu, kau sungguh sangat hebat…”
“Akh…segala kepandaian kucing kaki tiga begitu buat apa di banggakan…kalianlah yang luar biasa…meskipun punya kepandaian tinggi, tapi tidak sombong. Tampaknya kedua ilmu itu berjodoh dengan kalian…”
“Eh, apa maksudmu?” Kali ini suara si gadis berkerudung itu yang terdengar. Kedua pemuda itu tertegun. Suara itu begitu merdu dan nyaman di dengar.
“Aku tahu Thian Liong Sip Pat Kiam sut dan Hong In Sian Pit Ciang ada pada kalian. Aku membawa amanat pemilik kitab-kitab wasiat dewa tersebut untuk mengumpulkan kembali kitab-kitab tersebut, tapi aku melihat bahwa kalian mempergunakan ilmu-ilmu itu dengan baik, maka aku putuskan untuk tetap memberikan kedua ilmu tersebut pada kalian…. Namaku Sian Lee, sampai jumpa lagi” Sian Lee tidak banyak cakap lagi dan segere melesat bagai asap, lenyap dari tempat itu.
“Orang muda yang hebat…sayang dia cepat pergi…” Seru Kai Ong dengan suara menyesal, tapi dia segera berbalik menghadap gadis berkerudung itu.
“Nona, maafkan kelancanganku yang mencampuri urusanmu tadi, bolehkan aku mengenal nama nona yang mulia?”
“Lian Giok Hui, namaku Lian Giok Hui…tidak apa, aku justru sangat berterima kasih dengan bantuanmu…tapi permisi karena aku tidak bisa menemani lebih lama lagi. Aku harus pergi, selamat tinggal…kai Ong!” Gadis itu melayang ke luar sambil bersuit nyaring. Tak lama kemudian terdengar suara kuda yang di larikan cepat ke arah selatan.
Tamat

http://sianthiansan.blogspot.com/2013/04/pengelana-tangan-sakti-1.html

2 komentar:

  1. Jackpot City Casino Review 2021 - 100% up to $600
    Jackpot City Casino is a 인카지노 safe, legal, and reliable online casino powered by Microgaming software. This online casino welcomes 온카지노 all UK players to its Games offered: Slots, Blackjack, Roulette, BaMin Deposit: 20.000 IDRWelcome Bonus: 200% up to deccasino C$500Bonus Feature: 200% Up to C$500

    BalasHapus
  2. Casino near Bryson City, Bryson City, Bryson City
    Information and reviews for Casino at 강릉 출장안마 Bryson City in 김포 출장샵 Bryson City, Bryson 포천 출장샵 City, 광주광역 출장샵 Bryson City, Bryson City. 영주 출장안마

    BalasHapus